diambil dari berbagai sumber
Parkinson adalah penyakit degeneratif syaraf yang pertama ditemukan pada tahun 1817 (An Essay on the Shaking Palsy) oleh Dr. James Parkinson
dengan gejala yang paling sering dijumpai adalah adanya tremor pada
saat beristirahat di satu sisi badan, kemudian kesulitan untuk memulai
pergerakan dan kekakuan otot. Parkinson menyerang sekitar 1 di antara
250 orang yang berusia di atas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang
yang berusia di atas 65 tahun. Parkinson Primer disebabkan berkurangnya dopamin,
karena bertambahnya usia, sedangkan Parkinson Sekunder disebabkan
terhambatnya pengaliran dopamin yang bisa saja disebabkan oleh tumor,
stroke, gangguan pembuluh darah dan trauma. (Wikipedia.com)
Sumber (Makalahmahasiswakedokteran.blogspot.co.id)
Penyakit Parkinson adalah
penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit
ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas
substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang
terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada
parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe
nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus
dari saraf kranial, sistem saraf otonom.
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal
ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis
neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal
oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari
stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun
rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang
diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai
umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah
mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan
pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan diimplementasikan.
Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter. Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus, putamen,
palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra,
lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Piramidal
; kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek superfisial yang
abnormal
2. Ekstrapiramidal
: didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
3. Serebelar : ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai
nistagmus
4. Neuromuskuler : kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek tendon
yang menurun
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi
serotonin, dopamin dan noradrenalin.
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuronyang meliputi
berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra, area ventral
tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin, nukleus raphe
dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya
kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan sel
substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan pada
nukleus raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia basalis
antara 32 % - 87 %. Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber utama
neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini mengakibatkan berkurangnya dopamin di
nukleus kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%),
hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus
sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin
berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan
30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi
pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi
P dan bombesin.
Perubahan
neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan neurofisiologik yang
berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat
ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres.
Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan reinforcement.
Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem neurotransmiter pada
penyakit Parkinson akan mengurangi keefektifan mekanisme reward dan
menyebabkan anhedonia, kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan
pentingnya peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah
laku terhadap pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan dalam motivasi
dan dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan
ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan dengan berkurangnya
keinginan melakukan aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan untuk mengontrol
diri. Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri sendiri dapat
bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan harga diri.
Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas akan
menimbulkan perasaan tidak berdaya dan putus asa. Sistem serotonergik berperan
dalam regulasi suasana perasaan, regulasi bangun tidur, aktivitas agresi dan
seksual. Disfungsi sistem ini akan menyebabkan gangguan pola tidur, kehilangan
nafsu makan, berkurangnya libido, dan menurunnya kemampuan konsentrasi.
Penggabungan disfungsi semua unsur yang tersebut di atas merupakan gambaran
dari sindrom klasik depresi.2
Pada
umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus diusahakan
menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis dan
penatalaksanaannya. 4
1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya
belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain :
tuberkulosis, sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced,
misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya
perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju,
infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran
penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lentikularis),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral,
atropi palidal (parkinsonismus juvenilis).
Tanda dan Gejala
Tanda Penting
Perkinsonisme adalah rigiditas, tremor (khususnya saat istirahat), akinesia
atau bradikinesia, dan hilangnya refleks tubuh. Disfungsi ini bersifat kronik
dan progresif tetapi dengan berbagai variasi gejala antar pasien.
Rigiditas
mungkin hanya terbatas pada satu kelompok otot dan terutama unilateral atau
dapat menyebar dan bilateral. Parkinsonisme menurunkan kekuatan dan
menurunkankecepatan otot, dan merupakan faktor utama dalam terjadinya
deformitas akibat sindrom ini. Gejala pasif yang melibatkan ekstrimitas atau
trunkus mengalami resistensi “traffylike”
yang relatif stabil melalui kisaran gerakan. Parkinsonisme telah dibandingkan
dengan pipa saluran yang ditekuk sehingga kadang disebut rigiditas pipa saluran. “Catches “ sering timbul selama gerakan
pasif, menyebabkan karakter roda pedati atau “rachetlike” pada rigiditas yang disebut rigiditas roda pedati. Otot fleksor maupun ekstensor berkontraksi
kuat(tonus meningkat),
mengindikasikan adanya gangguan kontrol pada kelompok otot yang bersebrangan.
Jika rigiditas
melibatkan trunkus, rigiditas itu bertanggungjawab terhadap gaya berjalan dan
masalah posisi tubuh akibat Parkinson. Pasien membungkuk ketika mereka berdiri
sehingga dagu maju jauh ke depan daripada ibu jarinya. Mereka berjalan sambil
menyeret kakinya terburu-buru, langkah yang semakin cepat bila tersandung ke
depan dan mencoba untuk cepat mengembalikan kaki mereka pada keadaan semula (festinating gait).
Tremor akibat
parkinsonisme timbul pada saat istirahat dan disebut tremor istirahat. Ketika otot menegang untuk melakukan tindakan
yang bertujuan, biasanya tremor akan berhenti. (sekitar sepertiga pasien
mengalami tremor yang hebat bersamaan dengan tremor istirahat, namun seperti
yang telah disebutkan, tremor hebat biasanya berkaitan dengan disfungsi
serebelum). Tremor yang melibatkan tangan dijelaskan sebagai pill rolling dan
mengakibatkan gerakan ritmis ibu jari pertama dan kedua. Tremor adalah akibat
dari kontraksi bergantian yang regular (4 hingga 6 siklus per detik) pada otot
yang berlawanan. Tremor sepertinya akan memburuk jika pasien lelah, di bawah
tekanan emosi, atau terfokus pada tremor. Dasar tremor tidak jelas. Degenerasi
ganglia basalis menyebabkan hilangknya pengaruh inhibitor dan menigkatkan
timbal balik berbagai sirkuit yang berakibat dalam osilasi. Tidak semua pasien
memiliki tremor yang jelas. Bila pasien secara tidak sengaja mengalami
kecelakaan serebrovaskular (CVA, stroke) dan timbul hemiplegia, tremor akan
hilang pada bagian yang paralisis.
Kedua gejala di atas
biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia
muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun
bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan
baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi
tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil,
refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. 3
Gerakan volunteer menjadi
lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari
kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara
gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah
seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah
sehingga ludah suka keluar dari mulut.4
Tulisan tangan secara
gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala
dini, berjalan dengan
langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas),
stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.4
Sering pula terjadi bicara monoton karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan
volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat. 4
Demensia, adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan
deficit kognitif. Gangguan
Behavioral, lambat-laun menjadi dependen
( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi.
Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)
biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang
cukup, dan gejala lain yaitu kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif) 4
Ada pula gejala non
motorik5
1. Disfungsi otonom
a. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
b. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
c. Pengeluaran urin yang banyak
d. Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku, orgasme.
2. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
3. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
4. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
5. Gangguan sensasi,
a. kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan
warna,
b. penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian
tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
c. berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia
atau anosmia),
Gambaran tambahan parkinsonisme adalah
1. Gangguan
okulomotorius : Pandangan yang kabur bila melihat suatu titik akibat
ketidakmampuan untuk mempertahankan kontraksi otot okular. Gejala ini
seringkali tidak dapat dibedakan dari gejala awal gangguan gerak neurodegeneratif
yang jarang terjadi dan secara terpisah disebut palsi supranuklear progressive
(PSP).
2. Krisis
okuligirik : spasme otot mata untuk berkonjugasi dengan mata yang
terfiksasi(biasanya pada pandangan ke atas, selama beberapa menit hingga
beberapa jam; berkaitan dengan parkinsonisme yang berasal dari eksogen, seperti
penggunaan obat atau pascaensefalitis.
3. Kelelahan
dan nyeri otot yang sangat pada kelelahan otot akibat rigiditas.
4. Hipotensipostural
akibat efek samping pengobatan dengan campur tangan kontrol tekanan darah yang
diperantarai oleh ANS.
5. Gangguan
fungsi pernapasan yang berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi
makanan atau saliva, dan berkurangnya bersihan jalan napas.
Penyebab
Beberapa hal yang diduga bisa
menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut 2:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per
10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80
tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan
neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000
orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi
perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik,
kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita
penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan
lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupn gaya
hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada
angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena
faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit
parkinson.
4. Genetik
Penelitian menunjukkan
adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada
gen -sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan
Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson,
ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
Adanya riwayat penyakit
parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit
parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada
usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus
genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita
yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol
pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada
keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada usia 46
tahun. 3
5. Faktor Lingkungan
a.Xenobiotik
Berhubungan erat dengan
paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria
b.Pekerjaan
Lebih banyak pada orang
dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c.Infeksi
Paparan virus influenza
intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui
kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan
substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d.Diet
Konsumsi
lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme
kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan
neuroprotektif.
e.Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa
menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
f.Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan
depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover
katekolamin yang memacu stress oksidatif.